Kitab Tadbir al-Mutawahhid bukanlah buku falsafat yang ringan dan mudah dipahami dalam sekali baca, bahkan untuk para pencinta falsafat sekalipun. Akan tetapi, dengan membacanya secara serius niscaya sepadan dengan pencerahan yang didapatkan. Inilah magnum-opum dari Ibn Bajjah (1095–1138 M), failasuf muslim pertama Spanyol, yang layak dibaca setidaknya sekali dalam seumur hidup.

Lahir di Zaragoza, Spanyol, Ibn Bajjah meninggal pada usia cukup muda di Fez, Maroko, karena diracun oleh musuhnya. Selain sebagai failasuf, ia juga diakui sebagai seorang astronom, musisi, dokter, fisikawan, psikolog, botanis, dan sastrawan. Dialah penyambung awal kajian falsafat Yunani-Arab ke Dunia Barat, yang lebih mengenalnya dengan nama Latin, Avempace.

Pemikiran Ibn Bajjah memiliki pengaruh yang luas pada sosok-sosok seperti ibn Rusyd, Ibn Thufayl hingga Thomas Aquinas. Kontribusi utamanya pada falsafat Islam ialah gagasannya tentang akal dan jiwa. Selain itu, banyak sekali pemikirannya yang memengaruhi para astronom dan fisikawan peradaban Islam dan Renaisans Eropa, termasuk Galileo Galilei. Tak heran, jika ilmuwan Barat sangat mengapresiasi Ibn Bajjah. Sebuah kawah kecil di bulan sana dinamai "Kawah Ibn Bajjah" sebagai bentuk penghormatan terhadap sosok failasuf yang kontroversial ini.