0

MADZHAB AL ASYARI Benarkah Ahlussunnah Wal Jamaah?

Kategori: Buku Islam | Dilihat: 292 Kali
Harga: Rp 48.00020%
Rp 60.000
Grosir
Beli (>=5)
Tambah ke Wishlist

Pemesanan Juga dapat melalui :

Whatsapp SMS Telp
Rincian Buku:
» Penyusun : KH. MA. Sahal Mahfudh 
» Penerbit Khalista 
» Cover : Soft Cover
» Dimensi : A5 (14.8 x 21 cm)
» Isi Kertas : HVS Paper
» Jumlah Halaman : viii + 301 Hal.
» Berat  : 370 Gram
» ISBN : 9789791353144

Deskripsi Produk

Ustadz Muhammad Idrus Ramli mengkaji Madzab Al-Asyari demi meluruskan kesalahpahaman sebagian kelompok Islam yang menyatakan bahwa Madzhab Al-Asyari dan Asyariyah (pengikut Madzhab Al-Asyari) bukan termasuk Ahlussunnah Wal-Jamaah. Kelompok yang muncul belakangan, yang menamakan dirinya Salafi dan mengklaim sebagai pengikut ulama salaf yang saleh ini bahkan berani mengatakan bahwa Ahlussunnah Wal-Jamaah mengkafirkan pengikut Al-Asyari. Berawal dari fenomena memprihatinkan inilah, maka Ustadz Muhammad Idrus Romli menulis buku ini. Benarkah tuduhan kelompok Salafi yang mengatakan bahwa Al-Asyari bukan Ahlussunnah Wal-Jamaah?

Menjawab pertanyaan tersebut, secara jelas dan tegas Ustadz Muhammad Idrus Romli menyatakan bahwa berdasarkan ijma ulama yang mengikuti madzhab fiqih Hanafi, Maliki, SyafiI, dan Hanbali; Madzhab Al-Asyari adalah Ahlussunnah Wal-Jamaah. Dewasa ini, aliran Wahhabi yang menamakan dirinya kelompok Salafi, juga mengaku sebagai pengikut Ahlussunnah Wal-Jamaah. Akan tetapi, para ulama terkemuka dari kalangan ahli tafsir, ahli hadits, dan ahli fiqih yang mengikuti madzhab Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hanbali tidak mengakui mereka sebagai Ahlussunnah Wal-Jamaah, jelas Gus Idrus.

Ustadz Choirul Anshori memberikan pandangan terhadap kelompok Salafi dari segi sanad keilmuan. Dari segi ini, Muhammad bin Abdul Wahhab lebih banyak mengambil dari pendapat Taqiyuddin Ahmad ibn Taimiyyah al-Harrani. Jadi jelas tidak ada mata rantai sanad yang bersambung karena Ibn Taimiyyah hidup pada abad ke-8 Hijriyah sedang Muhammad bin Abdul Wahhab hidup pada abad ke-12. Apalagi Muhammad bin Abdul Wahhab pernah mengatakan bahwa guru-gurunya tidak ada yang mengetahui makna La ilaha illallohu. Kalau guru-guru Muhammad bin Abdul Wahhab tidak ada yang mengetahui makna Laa ilaaha illallohu, bagaimana ia memahami tauhid? Apakah hanya sekedar membaca atau buah dari pergolakan pemikirannya sendiri? Jika benar demikian, bagaimana ia mengklaim bahwa golongannya yang paling benar padahal sanad keilmuannya tidak jelas?, tegas salah satu Dewan Pimpinan Syahamah ini.

Ustadz Choirul Anshori mengatakan bahwa pada tanggal 24 Mei 2009 seharusnya dia melakukan debat dengan kelompok Salafi di daerah Bogor. Mereka menantang debat kepada Ustadz Choirul dan setelah beliau menyanggupi, mereka malah tidak mau menghadiri debat yang mereka gagas sendiri.[]

Produk Terkait
Butuh Bantuan?