Kitab Maroqil Ubudiyah Syarah Bidayatul Hidayah
Rincian Kitab:
Penulis | : Syekh Muhammad an Nawawi |
Penerbit | : Nurul Huda |
Jilid Cover | : Kurasan |
Dimensi | : 19 x 27 cm |
Isi Kertas | : Nanking Paper |
Jumlah Halaman | : 103 Hal |
Berat | : 170 Gram |
Deskripsi Produk
Kiai Nawawi Banten menulis karya dari berbagai bidang keilmuan, mulai dari gramatika bahasa Arab, fikih, tafsir, tawhid hingga tasawuf. Di bidang yang disebut terakhir ini, Kiai Nawawi Banten menulis kitab Maroqil Ubudiyah, komentar (syarah) atas salah satu karya Imam al-Ghazali, Bidayatul Hidayah.
Kitab Bidayatul Hidayah secara umum tebagi menjadi dua bagian. Bagian pertama menjelaskan tentang ketaatan seperti niat mencari ilmu, memulai aktivitas dari bagun tidur hingga menjelang tidur dan ibadah sehari-hari seperti wudhu, salat, dan puasa. Namun tak seperti kitab fikih pada umumnya, Imam al-Ghazali menambahkan spirit yang tak menjadi fokus dari pada kebanyakan kitab fikih. Bab salat misalnya, oleh Imam al-Ghazali ditambahkan perihal khusu’ dan tips untuk mencapai itu.
Berbeda dengan bagian pertama, bagian kedua fokus menjelaskan tentang menjauhi ragam maksiat. Di bagian ini Imam al-Ghazali menjelaskan perihal menjaga anggota badan seperti lisan dari maksiat dan menerangkan pula penyakit-penyakit hati seperti dengki dan cara menyembuhkannya. Bagian kedua ini juga dilengkapi dengan tata cara bergaul dengan Allah, orang tua, dan pertemanan dengan sesama.
Dalam kitab Bidayatul Hidayah ini, kita juga akan disuguhi berbagai klasifikasi dan perumpaan yang menjadi salah satu keistimewaan tulisan-tulisan Imam al-Ghazali. Salah satu contohnya bisa kita dapati ketika Imam al-Ghazali menjelaskan macam hamba perihal hubungannya dengan Allah, dan macam hamba perihal hubungannya dengan sesamanya.
Kata Imam al-Ghazali, seorang hamba dalam pemenuhan agamanya terbagi menjadi tiga: orang yang untung (robih), orang yang pas-pasan (salim), dan orang yang rugi (khosir). Orang yang untung adalah yang melaksanakan ibadah wajib, menjauhi larangan, dan menambah dengan berbagai amal sunnah. Sedangkan orang yang pas-pasan, kata Imam al-Ghazali, adalah yang menjauhi larangan, menjalankan ibadah wajib, namun tak menambahnya dengan amal sunnah. Adapun orang yang rugi adalah kebalikan dari pada orang yang untung. Alih-alih menambah amal sunnah, yang disebut terakhir ini justru bolong-bolong dalam melaksanakan ibadah wajib, dan menerjang apa yang dilarang.
Posisi kitab Maroqil Ubudiyah, yang ditulis oleh Kiai Nawawi Banten ini, menjelaskan apa yang telah ditulis oleh Imam al-Ghazali sebagaimana telah disinggung. Kiai Nawawi menjelaskan beberapa hal dari kitab Bidayatul Hidayah. Diantaranya adalah term-term seperti definisi Hujjatul Islam, dan menjelaskan arti dari huruf-huruf dalam basmalah.
Kiai Nawawi juga menjelaskan dengan bahasa lain apa yang ditulis Imam al-Ghazali. Kata Imam al-Ghazali, hidayah itu ada permualaannya (bidayah) dan ada akhirnya (nihayah), ada zahirnya ada batinnya. Orang tak akan sampai kepada akhir tanpa melalui permulaan, dan tak akan sampai pada batin sebelum melewati zahir. Oleh Kiai Nawawi Banten, nihayah ini diartikan sebagai buah dari syariat dan thariqat sekaligus (dengan mengutip Syaikhul Islam) atau buah dari thariqat saja (dengan mengutip Imam al-Shawi). Lebih lanjut Kiai Nawawi Banten juga menjelaskan secara detail apa itu syariat, thariqat dan hakikat. Kiai Nawawi juga mengetengahkan perumpaan tentang hubungan syariat, thariqat dan hakikat. Jika diibaratkan, syariat itu perahu, thariqat itu laut, dan hakikat merupakan mutiara yang tersimpan dalam laut.[]