Kitab Madarijus Shu’ud dan Dardir Makna Pesantren
Rincian Kitab:
Penulis | : Syekh Muhammad an Nawawi |
Penerbit | : Hidayatut Thullab |
Jilid Cover | : Kurasan |
Dimensi | : 19 x 27 cm |
Isi Kertas | : Nanking Paper |
Jumlah Halaman | : 57+28 Hal |
Berat | : 180 Gram |
Deskripsi Produk
Kitab Madarujus Shu'ud merupakan karangan salah seorang ulama besar Makkah asal Nusantara (Banten), yaitu Syaikh Muhammad Nawawi al-Bantanî al-Jâwî (w. 1314 H/ 1897 M), yang merupakan komentar (syarh) atas teks (matn) Aqd al-Jauhar fî Maulid al-Nabî al-Azhar karangan Syaikh Ja’far al-Barzanji (w. 1117 H/ 1705 M).
Teks (matn) kitab maulid karangan al-Barzanji merupakan salah satu teks maulid yang paling popular di dunia Islam. Teks tersebut mengetengahkan sejarah hidup Kanjeng Nabi Muhammad dengan sangat puitis dan mengandung unsur-unsur sastrawi yang indah. Di Nusantara, teks tersebut dikenal dengan nama “Maulid Barzanji” yang kerap dibacakan dan dilantunkan di pelbagai macam acara dan perayaan keagamaan.
Syaikh Nawawi Banten menulis komentar (syarh) atas teks (matn) kitab maulid Barzanji. Dalam kata pengantarnya, beliau mengatakan jika beberapa handai taulan dan orang-orang dekatnya telah memintanya untuk menulis sebuah komentar atas teks tersebut agar isi dan kandungan teks kitab “Maulid Barzanji” dapat difahami secara gambling dan mudah.
Beliau menulis: “setelah saya (selesai) menulis komentar atas (kitab) maulid karangan Sayyid Zain al-Abidin yang berjudul ‘Iqd ‘Iqyân’, beberapa orang yang berprasangka baik terhadap saya berkali-kali meminta kepada saya untuk juga menulis komentar atas (kitab) maulid karangan Syaikh Ja’far (al-Barzanji) yang berjudul ‘Jawâhir ‘Iqd’ atau ‘al-Burûd’, yang mana komentar dan keterangan saya itu dapat mengungkap maksud isi kitab, dan memudahkan para pelajar dari bangsa saya untuk memahaminya.”
Dijelaskan oleh Syaikh Nawawi, jika sebelumnya ia juga pernah menulis sebuah komentar (syarh) atas teks (matn) maulid lain, yaitu ’Iqd ‘Iyân karangan Syaikh Zainal Abidin. Meski demikian, lanjut Syaikh Nawawi, teks maulid karangan al-Barzanji memiliki banyak kesitimewaan, yaitu nilai sastrawinya yang sangat tinggi.
Dikatakan oleh Syaikh Nawawi, bahwa “Maulid al-Barzanji banyak dibacakan dan dilantunkan di banyak negeri. Bagaimana tidak demikian, ia adalah pesona yang nyata, dan air yang bening menyegarkan”. Meski demikian, lanjut Syaikh Nawawi Banten, keelokan sastrawi dari kitab Maulid al-Barzanji itu ibarat burung elok yang terbang hinggap di ranting-ranting pohon sambal bersenandung, tak lagi dapat ditangkap maknanya. Dalam menuliskan komentar dan penjelasannya, Syaikh Nawawi Banten bersandar kepada beberapa kitab ulasan sejarah Nabi Muhammad lain, seperti kitab al-Khullâshah al-Mardhiyyah karangan Syaikh Yûsuf al-Sunbulâwainî (w. 1285 H/ 1868 M) yang juga guru Syaikh Nawawi Banten, juga kitab al-Mawâhib al-Ladunniyyah bi al-Minah al-Muhammadiyyah karangan Syaikh Ahmad al-Qasthalânî (w. 923 H/ 1517 M), dan juga kitab al-Syifâ bi Huqûq al-Musthafâ karangan al-Qâdhî ‘Iyâdh (w. 544 H/ 1149).[]
---------------------------------------------------------------------------------------------
Kitab Dardir Bainama Qishotul Mi'roj. Allah SWT berfirman dalam al-Qur an: "Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidi1Haram menuju asjidiIAqsha yang telah Kami berikan keberkahan disekelilingnya, agar Kami memperlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda kebesaran Kami Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar Iagi Maha mengetahui. (Qs. al-Isra ayat: 1).
Perjalanan Baginda Rasulullah saw melintasi dimensi dan waktu pada malam Isra Miraj dipaparkan buku ini berdasarkan keterangan dari hadis-hadis shahih Pembahasannya dilengkapi dengan kajian mengenai peristiwa-peristiwa penting seputar perjalanan Baginda Rasulullah saw it:u dan pengalaman-pengalaman diluar batas indrawi manusia yang dialamiolehbeliausawpada malamyangbersejarahtersebut. Buku ini memberikan jawaban atas sejumlah pertanyaan seputar Isra dan Mi'raj.
Diantaranya adalah, apakah Baginda Nabi Muhammad saw mengalami Isra dan Miraj secara ragawi ataukah secara ruhani? Mengapa perjalanan beliau saw ke Sidratul Muntaha dilakukan dari Baitul Maqdis? Benarkah beliau saw melihat Allah swt secara langsung? Serta seputar pertanyaan-pertanyaan lainnya yang mengenai perjalanan Isra Miraj Baginda Nabi saw. lawaban itu semua dapat ditemukan dalam buku ini, yang mendasarkan kajiannya kepada sumber-sumber yang otentik dan terjamin keshahihannya.