Kitab Kuning Ihya’ Ulumuddin
Rincian Kitab:
» Pengarang | : Imam al Ghazali |
» Penerbit | : Nurul Ilmi |
» Cover | : HC (Hard Cover) |
: 4 Jilid Lengkap | |
» Dimensi | : 19 x 27 cm |
» Isi Kertas | : Nanking Paper |
» Jumlah Halaman | : vi + @416 Hal. |
» Berat | : 3.800 Gram |
Deskripsi Produk
Ihya’ Ulumuddin merupakan karya monumental Imam al-Ghazali (450-505 H), ulama sufi terkemuka. Kitab ini sering dijadikan rujukan utama dalam kajian Islam, khususnya dalam bidang tasawuf.
Selain bahasa yang digunakan terbilang sederhana dan mudah dipahami, Imam al-Ghazali menyusun kitab Ihya’ Ulumuddin dengan urutan pembahasan yang sistematis. Secara garis besar Imam al-Ghazali membagi kitab ini dalam empat bagian:
Bagian pertama Rub’ul Ibadat
Bagian ini mengupas perihal ibadah dan akidah. Pada bagian pertama ini, Imam al-Ghazali mengurai tata cara dan etika beribadah serta rahasia yang terkandung di dalamnya.
Bagian pertama Rub’ul Ibadat
Bagian ini mengupas perihal kebiasaan interaksi antar sesama dan sikap wirai dalam bermasyarakat. Pada bagian ini Imam al-Ghazali banyak menjelasakan tata cara dan etika makan, minum, menikah, hingga cara bekerja.
Bagian ketiga Rub’ul Muhlikat
Bagian ini mengupas perihal sesuatu yang dapat merusak amal ibadah dan akhlak tercela. Pada bagian ini Imam al-Ghazali menjelaskan penyebab-penyebab penyakit hati dan tata cara mengobatinya.
Bagian keempat Rub’ul Munjiyat
Bagian ini mengupas perihal sesuatu yang dapat menyelamatkan seseorang dan akhlak terpuji. Pada bagian ini Imam al-Ghazali juga menjelaskan bagaimana cara menumbuhkan perilaku terpuji dan buah dari perilaku tersebut.
Yang menarik juga dari kitab Ihya’ Ulumuddin adalah cara yang dilakukan Imam al-Ghazali dalam mengurai penjelasan Ihya’Ulumuddin adalah denga membuat perumpamaan (tamtsil). Sehingga materi tasawuf yang sering kali dianggap sulit dapat dengan dicerna dengan mudah.
Di sisi lain, kekuatan argumentasi yang dibangun oleh Imam al-Ghazali. Hampir di setiap pembahasan, Imam al-Ghazali menampilkan dalil-dalil secara berurutan, mulai dari Alquran dan hadis. Hal tersebut juga didukung dengan perkataan para Sahabat, Tabi’in, pendapat ulama salaf dan diakhiri dengan kesimpulan.
Imam Az-Zabidi, sebagai pensyarah kitab Ihya’ Ulumiddin, dalam Kitab Ithaf as-Sadah al-Muttaqin mengatakan, “Saya belum pernah melihat kitab yang dikarang oleh para ahli fikih yang di dalamnya terkumpul antara dalil naql (Alquran dan Hadis), ilmu nadzar (pemeriksaan dan dalil yang menguatkannya) pemikiran dan atsar (perkataan para sahabat) seperti dalam Ihya’ Al-Ghazali”.
Hingga kini, kitab Ihya’Ulumuddin tetap dipelajari di berbagai pesantren dan perguruan tinggi Islam di seluruh dunia. Kehadirannya selalu relevan dalam membumikan ajaran-ajaran tasawuf dalam kehidupan umat Islam, kapan pun dan di mana pun.