0

Masa Depan Pesantren Indonesia dan Tantangan Moderasi Agama

Kamis (18/11/2022), Ashraf Mohammed Moguib Sultan, Duta Besar Mesir untuk Indonesia beserta sekretarisnya Ahmad Abdul Hadi mengunjungi Pondok Pesantren Langitan. Kunjungan di langitan ini merupakan salah satu dari sekian rangkaian kunjungan Kedutaan Besar Mesir di pesantren-pesantren di Indonesia. Kegiatan ini sendiri merupa-kan hasil kerjasama dari Majelis Muwasholah Baina Ulama al-Muslimin dan Mesir.

Rombongan tersebut didampingi oleh Mustasyar Majlis Muwassholah Baina Ulama’ Habib Ahmad bin Idrus al-Habsyi dan Habib Ahmad Mujtaba bin Syihab selaku Katib Amm. Kunjungan ini bertujuan untuk menjalin beberapa kerjasama sekaligus menguat- kan hubungan bilateral Indonesia dengan Mesir, utamanya yang menyangkut lembaga pendidikan Pesantren di Indonesia.

Rombongan disambut segenap Majelis Masyayekh Pondok Pesantren langitan. Kemudian beliau mengisi sambutan di depan santri-santri Pondok Pesantren langitan.
Di akhir kunjungan redaktur Majalah langitan berkesempatan wawancara eksklusif bersama Duta Besar untuk membahas beberapa hal terkait pesantren dan isu moderasi beragama. Berikut hasil wawancaranya.

٠ Indonesia dan Mesir telah terjalin hubungan yang cukup mendalam sejak lama, baik sebelum kemerdekaan maupun setelah kemerdekaan. Bagaimana pandangan Dubes terkait hubungan (Indonesia & Mesir) saat sekarang ini?

Sungguh, liubungan antara Mesir dan Indonesia sejak awal memang memiliki hubungan yang istimewa. InsyaAllali a kan tetap menjadi hubupgan yang istimewa selama-lamanya. Kami dan Indonesia memi- liki hubungan politik yang sangat baik, sebagaimana kalian ketahui. Ada sejarah panjang terkait itu.

Bahkan sekarang hubungan itu tidak hanya terkait bidang politik, agama, dan budaya. Namun juga sekarang sudah merambah pada bidang ekonomi, ilmu pengetahuan, seni dan bidang lainnya yang menjadi konsentrasi kedua negara.

Mengapa seperti itu? karena kedua negara (Mesir dan Indonesia) adalah dua negara Islam yang sama-sama berupaya secara terus menerus untuk menjadi negara yang maju dalam bidang ekonomi maupun ilmu pengetahuan. Keduanya juga memiliki banyak kesamaan terkait kondisi dalam negeri, baik ekonomi maupun sosial budaya yang bermanfaat bagi kedua negara untuk membangun negara masing-masing.

٠ Jadi, kedua negara memiliki hubungan yang lain selain bidang politik?

Tentu, disana banyak permasalahan kenegaraan yang menjadi fokus dua negara. Ada permasalahan yang menuntut untuk diselesaikan sehingga sangat mungkin untuk dilakukan kerjasama. Pada waktu dekat mungkin akan ada puncak dari kerjasama itu yang berdampak kepada kedua negara bahkan kepada dunia internasional yaitu permasalahan radikalisme agama, terorisme, dan toleransi agama. Semua ini adalah masalah yang menjadi konsentrasi kedua negara yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dalam negeri.

٠ Terkait metode pendidikan di Indonesia, bagaimana pendapat Anda terkait dengan masa depan metode pengajaran tradisional seperti yang diikuti pondok ini?

Ini pertanyaan bagus. Kami berpendapat bahwa agama seharusnya dapat melayani masyarakatnya. Masyarakatyang baik tentunya akan menyebarkan agama dalam bentuk yang benar. Kami meme- gang betul sebuah prinsip bahwa agama tidak boleh radikal, tidak boleh menteror dan juga memprioritaskan toleransi den- gan agama-agama lain yang berbeda.

Ini adalah pondasi yang tepat dalam membangun masyarakat, termasuk dalam membangun pendidikan dan pengajaran agama. Tanpa pondasi yang kuat dan tepat tidak mungkin membangun masyarakat. Kami menganggap upaya yang dilakukan Indonesia tepat. Undang-undang dan pan- casila juga sesuai dengan ajaran Islam yang toleran.
Inilah pemikiran yang kami harapkan ada di Indonesia dan juga seluruh dunia tentunya. Kita punya kewajiban menun- jukkan kepada dunia tentang Islam yang toleran dan Islam yang benar sehigga pemikiran dan pemahaman yang menyimpang pun tidak ada lagi.

٠ Kami, para santri pondok pesantren ini ada banyak yang belajar di Mesir, termasuk para pelajar Indonesia juga banyak sekali. Mereka sedang belajar di Al-Azhar Mesir atau kampus lain, seperti Institut Riset liga Arab, American open, dan lain sebagainya. Bagaimana presentase keberhasilan para pelajar Indonesia yang belajar di Mesir? Apakah mereka banyak yang lulus atau sebaliknya?

Pertama, saya ingin menyampaikan bahwa pelajar Indonesia di Mesir dapat dikatakan sebagai pelajar luar negeri terbanyak dibandingkan dengan negara-negara lain, khususnya yang tinggal di Kairo. Pelajar Indonesia dari segi kuantitas dan jumlahnya dapat dikata kan yang terbanyak. Kami sangat bangga dengan keberadaan mereka di Sana, karena itu merupakan aset yang dapat menyambung hubungan antara kedua negara. Mereka mengenal dan memahami tradisi dan bu- daya kami. Disisi lain mereka juga memperkenalkan adat dan tradisi mereka kepada kami.

Interaksi kebudayaan semacam ini sungguh luar biasa. Kami tad! juga sudah melihat warisan Islam di sini sebagaimana di Mesir ada expo untuk memperkenalkan para pelajar terkait agama, seni, sejarah dan lainnya. Interaksi semacam ini sungguh diperlukan.

٠ Di Indonesia saat ini, kami sedang berjihad dan berupaya untuk memperkenalkan kepada masyarakat terkait metode beragama yang moderat sebagaimana yang diajarkan Al-Azhar. Bagaimana sebenarnya sikap Mesir terkait moderasi beragama ini?

Anda tentu sudah mengetahui bahwa poin ini merupakan poin paling penting yang menjadi konsentrasi pemerintahan Mesir sekarang ini. Ini adalah salah satu poin paling penting yang menjadi fokus Presiden kami, Abdul Fattah As-Sisi. Semenjak beliau menjadi presiden Mesir, dia mulai memperkuat upaya-upaya mem- perkuat pemahaman moderat itu, tidak hanya melalui lembaga a!-Azhar, melainkan melalui lembaga-lembaga keagamaan yang lain di Sana.

Anda tahu di Sana sering ada pemahaman yang sengaja disusupkan melalui penafsiran terhadap al-Quran maupun hadits-hadits Nabi. Pemikiran tersebut merupakan infiltrasi dari luar, yang tidak benar dan pada gilirannya di Mesir juga terdapat upaya berskala nasional yang didukung oleh Syaikh Al-Azhar dalam upaya mewujudkan upaya itu.

Al-Azharsendiri selalu melakukan pembaharuan dalam hal ini, misalnya al-Azhar memiliki lembaga bernama Marshad al- Azhar, ini adalah kantor atau lembaga yang menangani pemikiran-pemikiran menyimpang yang meresahkan di tengah masyarakat dan mengeluarkan koreksi terhadap pemikiran-pemikiran tersebut.

٠ Lembaga Marshad al-Azhar ini berbeda dengan lembaga Hai’ah Kibar al- Ulama?

Beda, ini lembaga yang berbeda, namun masih di bawah al-Azhar. lembaga ini masih di bawah pengawasan Syeikh Al- Azhar langsung. Peran dan fungsi lembaga ini adalah melakukan pengawasan terhadap pemikiran yang berkembang di tengah masyarakat. Menganalisis pemikiran yang menyimpang dan menyebarkan pemikiran yang benar. Pemikiran itu disebarkan melalui media elektronik dan media cetak atau melalui seminar-seminar ilmiah di berbagai penjuru Mesir. Peran lembaga ini cukup fundamental karena kalau sebelumnya upaya-upaya tersebut masih bersifat personal, namun saat ini upaya tersebut sudah dilembagakan sehingga dampaknya juga semakin masif.

(sumber: Majalah Langitan; Ed: 97)

 

 

Butuh Bantuan?